moon river

Moon river wider than a mile

I'm crossing you in style someday
Oh the dream maker
You heart breaker
Wherever you're going I'm going your way

Two drifters off to see the world
There's such a lot of world to see
We're after the same rainbow's end
Waiting round the bend
My huckleberry friend
Moon river and me...

manja

Sesuatu menghampiri gue waktu lagi baca blog-nya pacar (?) nya temen gue. Sesuatu itu adalah... pemikiran bahwa: kok hidup gue biasa banget ya?? Hahaha.. Mungkin gue kurang melihat segala sesuatu dari perspektif yang unik. Mungkin gue terlalu bebal untuk berempati. Mungkin gue kurang bersyukur. Mungkin gue kurang nekat.


Kadang-kadang, saat ditimpa suatu masalah, orang cenderung menganggap masalahnya itu paling penting sedunia. Bahwa dia sekarang lagi menjalani cobaan maha berat. Tapi kalo dilihat lagi sekitar kita, masalah itu nggak ada apa-apanya.

Tugas banyak. Deadline rancangan dimajuin jadi bareng sama deadline laporan TA. Terus heboh. Ngeluh sana-sini. Mungkin di suatu tempat ada yang berujar dalam hati: yaelaaahh... Masalah percintaan, ada yang diselingkuhin, ada yang jadi selingkuhan, ada yang nggak bisa lepas dari mantan... Look around. It happens all the time. Banyak kok yang mengalami hal itu. Cerita hidup yang kita pikir berat, nggak ada istimewa-istimewanya ternyata.

Mungkin ini ego kita, yang harus merasa penting. Seolah-olah dunia dan segala permasalahannya cuma berpusat pada 'gue'. Ditekan sedikit langsung merasa sedang diterpa badai ujian dari Yang Maha kuasa.

Mungkin ini saatnya kita sadar kalo kita itu nggak istimewa. Bahwa masalah kita nggak lebih penting daripada masalah orang lain. Hidup kita nggak lebih susah daripada hidup orang lain. Jangan manja lah.

,

Gasibu, Bandung

Okay, maybe I am that kind of girl who could be easily turned into liking something so easily. I'm currently in love with The Sartorialist. I loooove how the world seems so exciting, unique and happy in his photographs. So last Sunday, me and Gio went to flea market in Gasibu, Bandung and took some pictures.








Gasibu in Sunday morning is more like weekly festival than a flea market, though. You can find anything from culinary to clothes to accessories to horse! Sure it's a hell of traffic, but once we blend in, it's actually a great weekly event.












And girls gone shopping...

love in trial

Barusan saya nonton berita di TV (setelah bolak-balik pindah channel dan memutuskan tidak jadi nonton Upin dan Ipin). TVOne sedang menampilkan berita kerusuhan di Bangkok. Saya jadi ingat kerusuhan di Jakarta lebih dari sepuluh tahun lalu dan mengira-ngira mana yang lebih buruk, chaos di Indonesia atau di Thailand. Bukannya itu sesuatu yang penting juga sih.


Waktu reformasi '98 saya masih SD. Untungnya keluarga orangtua saya tinggal di Bogor, hitungannya relatif aman lah. Pembakaran dan penjarahan seingat saya tidak sampai ke Bogor. Namun berita-berita di TV saat itu cukup meneror orang-orang dewasa, sehingga begitu ada kabar akan ada demonstrasi, sekolah-sekolah pasti diliburkan.

Sebagai anak kecil rasanya saya juga tidak begitu terganggu dengan keadaan saat itu. Saya juga tidak mengerti kenapa waktu itu mahasiswa berbondong-bondong ke Senayan dan menduduki DPR/MPR. Saya cuma tahu saat itu kalau Soeharto itu sudah terlalu lama jadi presiden, jadi harus lengser. Saya juga ingat sedikit-sedikit berita tentang kematian mahasiswa saat demo, penjarahan, gedung-gedung dibakar... Baru akhir-akhir ini saya mendengar tentang peristiwa pemerkosaan dan pembunuhan etnis Tionghoa di Indonesia.

Yah, balik lagi ke kerusuhan Thailand, waktu saya melihat beritanya, saya agak bertanya-tanya mungkin tidak ya, kejadian yang sama terjadi lagi di Indonesia. Saya pikir tidak sih. Indonesia, dari pengamatan saya yang tidak bisa dibilang mengamati dengan seksama juga, sudah jauh lebih berkembang di tahun-tahun belakangan ini. Jadi saya cukup yakin clash antar rakyat ini tidak akan terjadi di Indonesia. Eh, tapi kemudian setelah berita tentang Thailand muncul berita selanjutnya yaitu 'warga menyerang supporter Persija', terjadinya di Cikampek. Haduh.

Saya masih yakin sih kalau chaos yang sangat parah tidak akan terjadi lagi, setidaknya tidak dalam waktu dekat-dekat ini. Saya merasa Indonesia sekarang semakin bersatu. Mungkin ini efek Thomas Cup yang jadi trending topic di Twitter. Ah, saya jadi mikir mungkin kemudahan komunikasi saat ini (twitter, blog, facebook) juga ikut membangun kebersamaan yang lebih luas. Maksud saya, dengan Twitter saja orang-orang kan jadi ngeh kalau banyak orang yang mendukung Indonesia, dan itu membuat kita merasa memiliki koneksi satu sama lain sebagai warga negara. Yah, itu satu teori.

Eniwei, saya ingat waktu melihat berita tentang Thailand beberapa minggu yang lalu bersama sepupu saya. Waktu itu diperlihatkan massa yang menyerang polisi. Dia bilang, "Ini berarti negara mengadu rakyatnya sendiri. Polisi kan rakyat juga."

Sedih ya. Negara tidak mampu melindungi rakyatnya sendiri, di negeri sendiri.

Alasan dari kerusuhan dan clash kan biasanya perbedaan. Perbedaan pandangan, perbedaan cara, perbedaan ini dan itu. Pemerintah yang berkuasa di Thailand maunya ini, kaus merah maunya itu. Kalau di Indonesia sekarang mungkin adalah perbedaan ideologi. Lebih gawat sih, karena itu kan yang jadi dasar pembentukan satu negara. Mereka yang diklaim sebagai teroris mau mengubah Pancasila menjadi hukum, yang katanya, Islam. Untungnya di Indonesia masih banyak yang percaya Pancasila, masih banyak yang menghargai perbedaan, dan masih banyak yang ingin hidup tenang.

Mungkin untuk menuju sesuatu yang besar kita memang harus melewati pahit-pahitnya dulu. Kan katanya kalau kita berhasil melewati yang buruk-buruk bersama ikatannya jadi lebih kuat. Amerika Serikat pernah melewati Civil War antara utara dan selatan, warga Jerman keturunan Yahudi pernah mengalami pembantaian NAZI, revolusi Perancis memenggal rajanya, ratunya, dan bahkan pemimpin revolusinya, Jepang dan restorasi Meiji, dan seterusnya... Bahkan Korea. Walaupun yang ini 'berantem'-nya berakhir dengan 'putus'-nya Korea Utara dan Korea Selatan.

Jadi mungkin segala sesuatunya terjadi untuk membuat kita jadi lebih baik. Kalau bukan untuk hari ini, ya besok. Atau minggu depan. Atau bulan depan. Atau tahun depan. Atau... yah, kapan pun itu saat kita berhasil mengerti pelajarannya.

as I know

I feel like I would hate adult world. Adult problems. Adult misery. Well, I suppose no one can help it. But sometimes I wish time would go a little slower. That certain things could linger a little longer. That change would not rush so fast.


As much as it annoys me, I know it's better to let things the way they are. Just do what is worth at present. Future is too unpredictable and all I have is here and now.

Que sera, sera. Face it, accept it, live with it.

about me

Foto saya
Contact me: devy.nandya@gmail.com