morning sickness

I thought I was a coffee lover. Tapi ternyata 3 gelas capuccino dalam semalam cukup membuat tidur gue nggak nyenyak dan bangun dengan kepala pusing. Over dosis kafein, sepertinya. Dan tadi gue ngeliat bayangan gue di cermin, ada lingkaran hitam di sekeliling mata gue. Duh.

Gue pengen bilang: nggak lagi-lagi deh gue ngobrol-ngobrol bareng temen-temen gue sampe pagi di malam kuliah. Tapi kayaknya if I had another chance I would do the same deh.

Menyenangkan menghabiskan waktu dengan orang-orang yang nggak memikirkan besok harus ngapain, masa depan mau gimana, kuliah apa yang diambil, lulus kapan, dan lain-lain. It's nice to wind up a little. Punya hal-hal lain untuk diobrolin selain penelitian, rancang pabrik, kuliah pilihan, yadda-yadda-yadda... We only have one life, baby! So live for today and be happy.

Dan cukup menenangkan, gue rasa, untuk tahu ada orang-orang di sekeliling lo yang bisa bilang: be yourself, you're special in every single way. Dan menyadari that you don't have to listen every word people are saying. People judge, walaupun mereka nggak pernah punya hak untuk itu. Tahu apa sih mereka tentang apa yang lo rasain, apa yang lo pikirin, kehidupan seperti apa yang lo jalanin. Ada orang yang yang bunuh diri di mall. It's not something that you should be laughing at, more less mocking at.

Di sisi lain, waktu kita punya masalah, kayaknya it's all that matter in this world. Dan selama setahun belakangan ini gue belajar kalau masalah itu sebetulnya cuma ditentukan dengan bagaimana lo bereaksi atas semua kejadian yang menimpa lo. Sering gue mengharapkan hal yang lebih, jadinya gue kecewa waktu hal itu nggak terjadi. Jadi gue pikir, bahagia itu mungkin memang ditentukan dengan sudut pandang lo.

Waktu kita kecewa dengan orang-orang terdekat kita, terus bilang: nyokap gue nggak mau ngerti gue lalalalala... Sebetulnya keenggakbahagiaan lo itu karena lo mengharapkan nyokap bisa lebih pengertian, berpikir dengan cara lo berpikir, dsb. If she's not your mother, or if you didn't expect her to do so, kekecewaan itu nggak akan ada. Lo bahagia terus.

I practically came home to an empty house. Ortu selalu berangkat pagi, pulang malem. The sisters sekolah dari pagi disusul les sampai malem juga. Gue bahkan nggak inget kapan terakhir kita liburan bareng, karena ortu gue susah cari jadwal yang match buat cuti. Me and my mother or father, even my mother and my father, didn't always get along very well. Setiap keluarga punya masalahnya masing-masing. Akhirnya cuma masalah mau apa nggak gue menerima bahwa my family isn't perfect, dan nggak semua yang gue pengen itu terwujud.

Sucks. I'm still trying to accept it. Good Lord, I just want to be happy.

about me

Foto saya
Contact me: devy.nandya@gmail.com